CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Monday, August 30, 2010

Note



It's too early to say this. But I'll be gone early too.. I don't really like it but I'll celebrate my day on the trip. Tomorrow my school goes to Lombok Timur for Sanlat (Islamic Activity in Ramadhan, don't ask more cz I can't really answer it..) Then on 4th I'll go directly to Yogyakarta.

I can't beg my parents to stay any longer. We haven't enough day for holiday. What I want is just stay here on my day, and not in my car :( but it's ok, because I've never celebrate them after my 6th b'day.

Sorry, I don't mean anything - like,.wishing for sympathies or what ---just let me apologize,
Because I will be so... sorry if I can't answer any people's messages on facebook or twitter bcause there's no internet connectivity. I'll answer back when I have time. promise . :) :)

So I'll be off on facebook, twitter and blogging.
See you blog, on the next month :)

Friday, August 27, 2010

Quotes

Here, another quotes ^^

"The greatest pain isn't when you've got a lot of problems - but when you couldn't solve them..."
Yes. That also rises me up when I have lot of problems. Actually I got this from a novel, and I type it down by my own words. That's totally inspiring me. For an explaining, we do not really have any problems. We don't. What makes you feel like it - is our feeling. The greatest pain we have, the sadness that would hurt us or even kill us - that's not all yet. What's the worst thing of them all? If we can't even find a way to break free.

"The greatest loss isn't when you lost everyone you love - but when you couldn't keep your love for them and take them back to you..."
It's strongly related to the first quote. That was just coming into my mind. When we think we've lost everyone we love, and we guess no one loves us - then what we do is just sitting down on our bed and cry. Will they ever back to you ? No. What we can do is only take them back to us.
But if they're totally gone? Think.. find another. We can't just stay in our sadness. And remember, look up. Look above you. There's the only love that'll never vanished. :)


I'll think another quotes for this blog.
I'm so sorry.... -,- I didn't mean to give advices... I'm just cheering myself up.

Quotes

In all these days I feel.... lovely to make quotes :)
I don't know why, but I make quotes to cheer myself up and to cheer everyone who feel the same as me.
Sometimes my quotes aren't about my feeling, but they just came up to mind :)
I indeed got much time to think out the best phrases to express what I want to say, but when I finished, tweet it and read it once again, I feel so proud with no reason.
That's why I love it.
Once again, I make quotes on twitter. I hope someday people read my quotes and they follow me, RT my quotes. I hope people cheered up because of my quotes.
Here are my quotes I made yesterday and today :

"The closer to get something, the tougher to see it."
well I got this from a song.

"One thing I wouldn't ever wish to face - that everything's keep changing..."
It's not for cheering up. It's about my feeling.

"Changes are like a bus moves so fast while we're so far behind - keep pursuing it..."
It continues the earlier quote.

"Smile is the strongest love that we give to others..."
It is for me and everyone. I would like to say - with just one pure smile, people know that we care for them, and they'll smile back - we care each other, and a smile is a gift to others.

"How's today, is not the point. But how's the plan for tomorrow..."
I always cheer up myself by saying these words. Sometimes I got problems today, then I started to think hard about it. But I've realized, that's not the point. I don't need to think what happened today, but what am I gonna do tomorrow, to make everything better and always getting better everyday.

That's enough for now, I still have many of them.
They're a be continued.



Saturday, August 21, 2010

My FairyTale

"Peri Tak Bersayap"

Oleh Dzikrina Nurunisa



Sekali lagi Kamelia menengok punggungnya seraya bercermin di cermin bundar besar yang melayang di hadapannya. Dilihat-lihat memang tidak pernah berubh – matanya yang belo dan indah, rambut coklat pirang yang terurai, badan yang cukup tinggi dan langsing – untuk umurnya yang baru menginjak 12 tahun. Tak ada yang kurang dari dirinya, bahkan nilai-nilai sekolahnya pun bagus. Namun selalu ada yang membuat dirinya merasa berbeda.


Disaat teman-temannya bermain dan kejar-kejaran, ia hanya duduk mematung di kursi. Saat yang lain melaksanakan tugas peri bunga, ia hanya melihat dari bawah. Ia bingung, tak melakukan apa-apa – bukan karena tak mau, tetapi memang tidak bisa. Terlebih lagi, sepertinya ia memang ditakdirkan untuk tidak bisa. Kamelia tidak punya sayap untuk terbang.


“Percuma saja.”ucap Kamelia lesu,”Mau dilihat sampai kapanpun, tetap saja tak akan ‘tumbuh’.” Genggamannya ia lepaskan dari punggungnya. Yang ia maksud ‘tumbuh’ adalah sepasang sayapnya. Para peri lain selalu punya sepasang undakan di punggungnya saat kecil, yang akan keluar sayapnya apabila sudah mencapai 10 tahun. Namun, yang ia lihat di punggungnya hanyalah undakan kecil seperti makhluk bernama manusia. Kadang ia malah berpikir dirinya adalah manusia.


Dalam risaunya, ia tidak segera berkemas, tetapi malah menyembunyikan diri di balik selimut. Semakin terbayang olehnya kehidupan SMP (Sekolah Menengah Peri) yang akan dijalaninya, setelah menyelesaikan SDP (Sekolah Dasar Peri). Dirinya pasti akan dicela, ditertawakan, dan dianggap remeh lagi seperti dulu-karena bagi peri, sayap adalah mahkota mereka. Apalagi, bila seseorang lantas mengucapkan bahwa Kamelia ialah manusia, bukannya peri bunga.


Tapi yang sangat dikhawatirkannya itu belum seberapa. Sebelum hari pertama masuk sekolah di SMP, murid serta guru-guru diundang ke “Pesta Peri Tahun Ajaran Baru”. Kalau di negeri manusia, pesta itu adalah MOS. Bedanya, pesta itu diadakan di malam hari, diatas ladang bunga, dan mengundang kunang-kunang sebagai lampu pesta.


Lamunan Kamelia terhenti sejenak dengan kedatangan seorang wanita cantik berambut keemasan dan bersinar datang menghampirinya. Ia adalah ibunya, Mama Laura.


“Lho, kamu nggak siap-siap ke pesta, Sayang? Ini sudah hamper jam 8 lho..”ucap Mama penuh kasih sayang.

“Ma, kenapa Ma, kenapa hanya aku yang tidak punya sayap? Padahal, aku punya Mama yang bersayap cantik seperti ini. Sepertinya hanya aku yang tidak punya. Apakah..apa benar kalau sebenarnya aku anak manusia?”curhat Kamelia sampai menitikkan air mata. “Aku pasti akan dikucilkan di SMP – setelah itu, aku akan dikucilkan selamanya.”


Mama tersentak dengan curhat Kamelia. “Kamel, kamu tidak boleh seperti itu.. Ingat, walaupun sayap adalah mahkota peri, namun sayap bukanlah segala-galanya bagi peri yang bijak. Mama yakin kamupun bisa seperti itu. Sayap tidak mencerminkan hati seseorang, kan?”jelas Mama sabar.


Kamelia tetap merunduk, tetapi mengusap air matanya.


“Nah, sekarang, pergilah ke pesta. Kau akan dapat jawabannya disana. Mama sudah siapkan kamu gaun yang indaah sekali. Setelah itu Mama akan mengantarmu.”


Mama membantu Kamelia mengenakan gaunnya. Cantiik sekali. Tanpa riasan pun, wajah Kamelia sangat manis – walau rautnya sedih. Setelah itu, Mama mengatar Kamelia ke ladang bunga.


Setelah mengecup pipi Mama, Kamel berpaling ke belakang dan melihat. Wajahnya terpukau oleh ladang bunga, kunang-kunang, dan pakaian peri yang bersinar. Mereka sedang terbang sambil berdansa, menghiraukan Kamelia yang tak terlihat karena tertutup bunga.


Kamelia hanya duduk-duduk di meja makan sambil menonton mereka. Kadang-kadang ia memesan minuman.


Tanpa sepengetahuannya, segerombolan peri-peri datang menghampiri Kamelia. Membawa aura niat buruk.


“Hi! Kenalan dong! Aku Kimberly. Kamu?”ucapnya pura-pura ramah. Kamelia mengeryit, melihat sepasang sayap yang indah, tapi tidak sesuai dengan wajahnya yang tidak terlalu cantik. Tapi ia senang ada yang menyapanya.


“Aku… Kameila. Panggil saja Kamel.”jawabnya sambil tersenyum manis. Membuat Kimberly iri.


Kimberly melihat punggung Kamelia yang kosong – pura-pura baru mengetahuinya, “Lho, kamu… ups. Nggak jadi, deh. Ayo ikut aku keatas!” Kimberly menarik tangan Kamel dan mengangkatnya.


“Ta…tapi.. aku tidak bisa…”ucap Kameila ketakutan. “Tidak bisa apa? Ayo!”ucap Kimberly sambil tersenyum sinis, dan terus mengangkatnya. “Aku tidak punya..”teriak Kameila yang tersendat-sendat karena tersantuk batang dan daun bunga. Kimberly terus mengangkatnya sampai di atas bunga.


Kimberly kembali pura-pura menengok punggung Kameila, dan menepuk dahinya. “Oh iya, ya. Kamu kan nggak punya sayap! Haha… liat deh tampangmu yang kusut tersantuk bunga-bunga!” teriak Kimberly, mengundang tawa peri lain, “Yaudah, sana kebawah lagi!”


“Eh…!” Kameila terkejut ketika Kimberly melepas genggamannya.


“Tolong…!”

“Ah!”

“Ouch!”

“Ugh!!”

‘Brak!!’


Kameila kembali berada di tanah yang keras, lengan bajunya sobek akibat batang dan daun yang tajam. Kameila bergegas berdiri.


“Untung aku tidak apa-apa. Tapi, bajuku yang indah ini…”keluhnya.


Namun seketika Kameila melihat keadaan sekelilingnya yang berbeda dengan tempatnya semula. Ada sebuah cahaya berkilauan tidak jauh darinya. Karena penasaran, Kameila menuju kearah cahaya itu, dan mendapati sesuatu yang tak terduga.


Ruangan pesta penuh dengan peri yang sama dengannnya. Peri tak bersayap!


“Hai! Selamat datang! Ayo bergabung dengan kami, Nak!”ajak seseorang kepadanya. Kameila disambut baik oleh semua peri disana. Kameila yang kaget hanya mematung. Ternyata dia tak sendiri.


Semuanya tidak bersayap, namun wajah mereka selalu terlihat ceria dan tidak ada beban.


“Nak?”peri cantik yang mengajaknya tadi terheran-heran. Ia memang sudah tua – setua ibunya – namun cantik dan terlihat muda.


“Ayo, Sayang, semuanya sedang bersenang-senang..”


“I…iya Mam..”jawah Kameila malu-malu. Kameila pun bergabung dengan mereka.


Perasaan bahagia yang tak terkira menyelimutinya. Ia menikmati pesta tersebut hingga penghujung acara,“Terimakasih, Mam, sudah menemaniku sejak tadi. Mam, aku ingin tanya sesuatu…”ucap Kameila. “Sama-sama Sayang, saya juga senang menemanimu. Tapi, ada apa ya, Sayang?”jawab peri itu dengan hangat.


“Mengapa… mengapa semua orang disini bersuka cita, padahal mereka berbeda – mereka tak bisa terbang, tak punya sayap. Pasti mereka juga direndahkan, sama sepertiku.”tanya Kameila.


Peri itu menatap wajah kesepian Kameila, lalu menjelaskan, “Sayang, bisa terbang memang anugerah yang indah, namun keadaan paling sempurna adalah bisa berdiri dengan baik, duduk, tidur. Tahukah,Nak, anugerah yang kita punya yang tidak mereka punya adalah kaki yang sempurna. Peri yang bersayap jarang menginjakkan kaki ke tanah dengan baik, sehingga kaki mereka banyak yang mengalami kecacatan. Lagipula, banyak yang bisa dilakukan peri seperti kita dibandingkan peri yang terbang. Kitalah yang paling sempurna, Sayang…”


Kameila mendengarkan dengan sungguh-sungguh. “..Bukankah Tuhan menciptakan kita saling melengkapi? Jika semua makhluk punya sayap untuk terbang, untuk apa anugerah Tuhan di dalam daratan serta lautan ini?”terus peri itu.


Kameila terkesima mendengar penjelasan peri itu. Sedangkan semua orang sudah meninggalkan pesta.

“Kalau begitu, sekarang pulanglah. Orangtuamu akan khawatir..”


“I…iya Mam, terimakasih banyak. Aku pulang dulu…”jawab Kameila seraya berbalik dan hendak berjalan.


“Nak.”panggil peri itu sambil tersenyum, “Sampai jumpa besok. Panggil aku Ibu Kepala Sekolah… Bu Jasmine.”

Langkah Kameila terhenti. Ternyata peri itu kepala sekolahnya! Sekolah peri dipimpin oleh peri yang tidak bisa terbang. Kameila kembali berbalik dan tersenyum, “Baik, Bu Jasmine.”


Kameila tak berani meminta ibu untuk menjemputnya, atau ibu akan tahu bajunya sobek. Jadi, ia berjalan pulang sendirian. Namun, ia juga tak sabar memberitahu ibunya soal pestia ini, serta tak sabar untuk hari pertamanya di SMP esok hari. Ia amat gembira karena mendapat pelajaran terpenting dalam hidupnya.


Di jalan, ia melihat beberapa semut yang kecil berjalan sambil membawa ulat. Ya, semut-semut itu akan merawat ulat hingga menjadi kupu-kupu yang sduah sanggup terbang dan mencari madu, juga nectar. Sebagai balas budi, kupu-kupu akan membawakan madu kepada para semut yang telah berjasa merawatnya di dalam tanah yang gelap.


Dalam hati, Kamel tersenyum puas, “Benar kata Bu Jasmine. Kita semua saling melengkapi.”


Dzikrina Nurunisa, 22 Agustus 2010.